Minggu, 24 Mei 2009

TERUMBU KARANGKU

Terumbu karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanhellae.

Hewan karang bentuknya aneh, menyerupai batu dan mempunyai warna dan bentuk beraneka rupa. Hewan ini disebut polip, merupakan hewan pembentuk utama terumbu karang yang menghasilkan zat kapur. Polip-polip ini selama ribuan tahun membentuk terumbu karang.

Zooxanthellae adalah suatu jenis algae yang bersimbiosis dalam jaringan karang. Zooxanthellae ini melakukan fotosintesis menghasilkan oksigen yang berguna untuk kehidupan hewan karang

Di lain fihak, hewan karang memberikan tempat berlindung bagi zooxanthellae.

corals2.gif (7817 bytes)

Gambar polip

terumbu9.jpg (295266 bytes) coralbig.jpg (68107 bytes)
Dalam ekosistem terumbu karang ada karang yang keras dan lunak. Karang batu adalah karang yang keras disebabkan oleh adanya zat kapur yang dihasilkan oleh binatang karang. Melalui proses yang sangat lama, binatang karang yang kecil (polyp) membentuk kolobi karang yang kental, yang sebenarnya terdiri atas ribuan individu polyp. Karang batu ini menjadi pembentuk utama ekosistem terumbu karang. Walaupun terlihat sangat kuat dan kokoh, karang sebenarnya sangat rapuh, mudah hancur dan sangat rentan terhadap perubahan lingkungan.
Peran dan manfaat terumbu karang :
> sebagai tempat hdiupnya ikan-ikan yang banyak dibutuhkan manusia untuk pangan, seperti ikan kerapu, ikan baronang, ikan ekor kuning, dll.
> sebagai benteng " pelindung pantai dari kerusakan yang disebabkan oleh gelombang atau ombak laut, sehingga manusia dapat hidup di daerah dekat pantai.
> sebagai tempat untuk wisata. Karena keindahan warna dan bentuknya, banyak orang berwisata bahari.


Luas terumbu karang Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 60.000 km2. Terumbu karang yang dalam kondisi baik hanya 6,2 %. Kerusakan ini pada umumnya disebabkan 3 faktor :

  1. Keserakahan manusia
  2. Ketidaktahuan dan ketidakpedulian
  3. Penegakan hukum yang lemah

PADANG LAMUN (JANGAN PADA NGLAMUN LHO!!!)

Lamun tumbuh sampai dikedalaman 30-40 m laut. tergantung pada berbagai faktor lingkungan seperti kecerahan, substrat, profil dasar perairan, kuat arus, dan jenis lamun yang hidup di daerah tersebut. keberadaan komunitas lamun secara ekologis mempunyai peran penting bagi perairan pantai karena:
  • Sebagai produsen primer yang memfiksasi karbon dalam jumlah besar bagi ekosistem pantai;

  • penting dalam menstabilkan sedimen dasar perairan karena daunnya yang lebar memperlambat gerakan air yang menyebabkan partikel-partikel di perairan me-ngendap;

  • merupakan bagian dari siklus nutrien di dalam sistem akuatik;

  • memberikan naungan dan asuhan biota laut juvenil maupun dewasa serta menyediakan substrat bagi biota penempel; dan

  • merupakan makanan bagi dugong dan penyu hijau.Padang lamun tumbuh di laut dangkal, terutama di rataan terumbu atau di daerah estuaria.

Secara visual, ekosistem padang lamun dan ekosistem terumbu karang seringkali hidup berdampingan. Dari berbagai hasil penelitian diketahui terdapat hubungan fungsional antara padang lamun dengan terumbu karang:

  • Akar dan rhizoma lamun me-ngikat dan menstabilkan permukaan sedimen. Daun lamun yang lebat cenderung "menangkap" materi organik dan anorganik dengan cara menghambat arus dan mengkonsolidasi sedimen. Dengan demikian, melindungi garis pantai terhadap erosi atau menghalangi penimbunan sedimen terhadap terumbu karang saat terjadi arus dan ombak yang kuat.

  • Banyak spesies ikan terumbu karang pada saat mudanya hidup, mencari makan dan memperoleh naungan terhadap predator di padang lamun. Dengan demikian padang lamun memberikan sumbangan terhadap produktivitas sekunder terumbu karang. Rusak dan hilangnya padang lamun dapat berakibat rusak dan menurunnya produktivitas terumbu karang.ΓΏ

Oleh karena itu upaya pengelo-laan dan perlindungan terumbu karang tidak lepas dari upaya pengelolaan dan perlindungan eko-sistem yang terkait seperti padang lamun. Dalam pengembangan wisata bahari, seringkali di banyak pulau kecil dibangun penginapan dan restoran. Kegiatan pariwisata tersebut tentu menghasilkan limbah domestik antara lain nutrien yang akan mengalir ke perairan sekitar. Tulisan ini akan membahas khusus dampak nutrien terhadap padang lamun.

FAKTOR LINGKUNGAN KUNCI
Sebaran dan pertumbuhan lamun ditentukan oleh berbagai faktor kualitas air seperti suhu, salinitas, ketersediaan nutrien, karakteristik dasar perairan, kekeruhan/kecerahan dan iradiasi matahari. Telah diketahui bahwa keterse-diaan nutrien mempengaruhi pertumbuhan, sebaran, morfologi dan daur musiman komunitas lamun. Sementara itu, lamun juga tergantung padan tingkat kecerahan air tertentu agar dapat melakukan proses fotosintesis. Peningkatan kekeruhan dan sedimentasi memberikan dampak menurunnya kesehatan dan produktivitas lamun.
Meskipun peristiwa alami telah diketahui menyebabkan kematian padang lamun secara global maupun lokal, bukti-bukti mutakhir memperlihatkan bahwa bertambahnya populasi manusia merupakan penyebab utama hilangnya habitat padang lamun. Meningkatnya aktifitas manusia telah menambah jumlah input nutrien dari daratan dan telah mematikan habitat padang lamun di berbagai wilayah. Kegiatan manusia yang paling mempengaruhi lamun adalah kegiatan-kegiatan di darat yang berdampak mengubah kualitas dan kecerahan air. Aktifitas-aktivitas tersebut meliputi pelepasan nutrien dan sedimen yang berasal dari usaha pertanian dan limbah domestik, pengerukan dan pengurugan, limbah perkotaan, pengembangan daerah hulu dan kegiatan perikanan tertentu seperti pertambakan.
Peningkatan nutrien di suatu perairan merupakan faktor penyebab turunnya kualitas perairan yang menstimulasi pertumbuhan rumput laut. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa meningkatnya kandungan nutrien berkorelasi dengan penyempitan sebaran padang lamun di beberapa perairan estuaria.
Peningkatan nutrien dapat berdampak memperlambat kolonisasi dan pertumbuhan, apabila berlangsung terus menerus maka kemampuan tumbuh dan penyebaran terus menurun sehingga dapat mengakibatkan hilangnya padang lamun. Hilangnya padang lamun akan menyebabkan peru-bahan daur makanan dan diikuti oleh pergantian produsen primer dari tumbuhan bentik ke fitoplankton dan berkurangnya jumlah detritus daun.
Dampak nutrien terhadap lamun dapat dibagi dalam empat kategori yaitu: dampak struktural, penyakit, penurunan fotosintesis dan perubahan ekosistem.

  1. Dampak struktural
    Pada kondisi kandungan nutrien tinggi, lamun menyerap kelebihan nutrien dari perairan. Hal tersebut dapat menimbulkan "stress" di dalam tumbuhan karena kurangnya ketersediaan ruangan di dalam jaringan interseluler untuk menampung akumulasi nitrat. Sebagai konsekuensinya, banyak nitrat yang akan diubah menjadi amonia sehingga dibutuhkan sejumlah karbon untuk mengkonversikan menjadi asam-asam amino. Apabila hal tersebut berlangsung terus menerus dalam kurun waktu lama, tumbuhan tersebut tidak mampu lagi memfiksasi karbon yang dibutuhkan. Kekurangan karbon di dalam jaringan seluler akhirnya akan memberikan dampak buruk terhadap keutuhan struktur lamun dan akhirnya mematikan tumbuhan tersebut.

  2. Penyakit
    Stres fisiologis yang disebabkan oleh ketidak-seimbangan pasokan nutrien juga dapat melemahkan tanaman sehingga rentan terhadap penyakit. Hal tersebut mungkin disebabkan berkurangnya produksi senyawa antimikroba pada kondisi nitrat yang berlebihan.

  3. Penurunan fotosistesis
    Peningkatan tumbuhnya biota penempel di permukaan daun lamun yang disebabkan oleh bertambahnya nutrien yang dapat diserap oleh algae epifitik dapat membatasi sinar matahari yang jatuh di permukaan daun lamun di bawahnya. Pengurangan cahaya yang mencapai khloroplast lamun mengurangi efektifitas fotosintesis. Penurunan efektifitas fotosintesis tersebut akan lebih mempercepat hilangnya keutuhan struktural dan meningkatkan terjangkitnya penyakit. Banyak dokumentasi kasus-kasus mengenai hilangnya padang lamun yang berkaitan dengan eutrofikasi karena peningkatan nutrien di perairan sehingga mengurangi penetrasi cahaya, atau berkurangnya cahaya yang dapat mencapai permukaan daun lamun karena terhalang oleh algae epifitik yang tumbuh di daun lamun.

  4. Perubahan ekosistem
    Pengayaan nutrien dapat meningkatkan pertumbuhan algae makroskopik maupun mikroskopik pada permukaan daun lamun. Nutrien memang dibutuhkan bagi pertumbuhan lamun, tetapi konsentrasi di tubuhnya lebih rendah daripada di tubuh algae makro. Karena perbedaan rasio di dalam karbon: nitrogen: dan fosfor, algae makro dapat mendominasi lamun pada kondisi nutrien yang berlebihan, baik sebagai epifit maupun spesies yang terapung bebas yang sebenarnya berasal dari bentuk yang menempel. Pertumbuhan epifit yang meningkat, pada akhirnya mengurangi sinar matahari sampai 65 % yang mengurangi laju fotosintesis dan kerapatan daun lamun. Akhirnya merubah komposisi komunitas padang lamun secara keseluruhan.

http://www.coremap.or.id/berita/article.php?id=160

MANGROVE

Mangrove adalah vegetasi yang tumbuh pada tanah lumpur di dataran rendah di daerah batas pasang-surutnya air, tepatnya daerah pantai dan sekitar muara sungai. Tumbuhan tersebut tergenang di saat kondisi air pasang dan bebas dari genangan di saat kondisi air surut. Mayoritas pesisir pantai di daerah tropis & sub tropis didominasi oleh tumbuhan mangrove. Tumbuhan mangrove merupakan ekosistem peralihan atau dengan kata lain berada di tempat perpaduan antara habitat pantai dan habitat darat yang keduanya bersatu di tumbuhan tersebut. Pada hutan mangrove: tanah, air, flora dan fauna hidup saling memberi dan menerima serta menciptakan suatu siklus ekosistem tersendiri. Hutan mangrove sangat berbeda dengan tumbuhan lain di hutan pedalaman tropis dan subtropis, ia dapat dikatakan merupakan suatu hutan di pinggir laut dengan kemampuan adaptasi yang luar biasa. Akarnya, yang selalu tergenang oleh air, dapat bertoleransi terhadap kondisi alam yang ekstreem seperti tingginya salinitas dan garam. Hal ini membuatnya sangat unik dan menjadi suatu habitat atau ekosistem yang tidak ada duanya.

Pohon mangrove membutuhkan waktu 5 tahun untuk tumbuh menjadi pohon dewasa dan penanamannya mempunyai rasio kesuksesan 75% untuk tumbuh menjadi pohon dewasa. Tumbuhan mangrove akan tumbuh dengan baik jika berada di lahan yang memiliki sistem air terbuka ke laut lepas dimana pergantian air laut dapat terjadi setiap hari atau secara reguler sehingga akar tumbuhan tersebut mendapatkan air yang “baru” setiap harinya.
Di dunia terdapat berbagai jenis tanaman mangrove, pohon bakau (bakau bandul, bakau merah, bakau pulau) yang dikenal baik oleh masyarakat di Indonesia hanyalah salah satu jenis dari tumbuhan mangrove (Rhizopora Mucronata, R. Apiculata, R. Stylosa). Selain pohon bakau tersebut terdapat sekitar puluhan jenis mangrove lainnya yang tumbuh di Indonesia antara lain adalah api-api (Avicennia Marina), pidada (Sonneratia Caseolaris), buta-buta (Excoecaria Agallocha), cantinggi (Ceriops Tagal) dan nipah (Nypa Fruticans).

http://www.jakmangrove.org/what_is_mangrove.html